Pernahkah anda merasa sudah bangun dari tidur namun
tidak dapat bergerak dan melihat bayangan yang menyeramkan? Ketika itu terjadi
mungkin anda akan menjadi sangat takut, karena minta tolong pun tidak bisa.
Skenario ini adalah kondisi umum ketika seseorang mengalami sleep paralysis.
Sleep paralysis (dikenal dengan istilah
‘ketindihan’) seringkali dikaitkan dengan hal mistis, karena biasanya disertai
perasaan tertindih sesuatu dan adanya bayangan atau suara-suara misterius.
Bukan hanya di Indonesia, masyarakat negeri-negeri
lain pun mempunyai mitosnya sendiri berkenaan dengan gangguan tidur ini. Tidak
jarang mereka menghubungkannya dengan kehadiran sosok makhluk halus yang berupa
bayangan. Karenanya tidak heran jika banyak orang sangat takut ketika mengalami
sleep paralysis.
Namun berdasarkan segi medis, ini merupakan salah
satu gangguan tidur. Gangguan tidur ini juga dapat berkaitan dengan masalah
kejiwaan yang serius, namun hal ini jarang terjadi. Sleep paralysis seringkali hanyalah
suatu tanda bahwa tubuh Anda tidak dengan mulus melewati tahap-tahap tidur.
Sleep paralysis terjadi ketika Anda sudah melewati
tahap transisi dari sadar ke tidur. Pada saat inilah seseorang tidak bisa
bergerak atau berbicara paling tidak selama beberapa detik. Beberapa orang
mungkin juga merasa seperti ditindih atau dicekik.
Jika sleep paralysis terjadi saat Anda sudah
tertidur, ini adalah hypnagogic/predormital sleep paralysis. Kalau
terjadi ketika Anda terbangun dari tidur, maka disebut hypnopompic/postdormital
sleep paralysis.
Kelumpuhan tidur belum diidentifikasi secara
konkret, namun ada beberapa teori mengenai apa yang menyebabkan seseorang bisa
mengalami kelumpuhan tidur. Yang pertama berasal dari pemahaman bahwa
kelumpuhan tidur adalah parasomnia yang disebabkan oleh tidak sejalannya fase REM dan bangun tidur,
dengan kata lain, otak masih dalam kondisi tidur tapi tubuh ingin bangun,
sehingga tubuh tidak bisa digerakkan. Studi polisomnografi menemukan bahwa
seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur memiliki masa tidur REM yang lebih
pendek dari biasanya. Studi ini juga menyatakan bahwa tidak teraturnya pola
tidur dapat memicu terjadinya kelumpuhan tidur, karena malfungsi tidur REM
biasanya terjadi saat pola tidur terganggu.
Selain itu, penelitian lainnya menemukan bahwa
kurang tidur juga bisa menyebabkan terjadinya kelumpuhan tidur. Berdasarkan
gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur
paling ringan (masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur
paling dalam dan tahap REM. Pada tahap REM inilah mimpi terjadi. Saat kondisi
tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti
tahapan tidur yang seharusnya; dari keadaan sadar ke tahap tidur paling ringan,
kemudian langsung melompat ke tahap REM. Oleh sebab itu, ketika otak tiba-tiba
terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah kelumpuhan tidur terjadi.
Individu merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi
dengan adanya halusinasi munculnya sosok lain yang sebenarnya merupakan
karakteristik dari mimpi.
Kelumpuhan tidur sering diiringi oleh halusinasi
seram dan perasaan
takut yang teramat sangat. Ketakutan penderita terhadap kelumpuhan tidur
terutama berasal dari jelasnya halusinasi yang dialaminya. Elemen halusinasi
saat mengalami kelumpuhan tidur membuat seseorang cenderung menafsirkan
pengalaman tersebut sebagai mimpi, karena objek-objek yang tidak masuk akal
mungkin muncul di dalam kamar dalam pandangan mata kasar seseorang.
Ada gagasan bahwa kelumpuhan tidur ini bersifat
genetik. Penelitian terhadap sepasang anak kembar
menunjukkan bahwa jika salah satunya mengalami kelumpuhan tidur, maka yang
satunya lagi juga berkemungkinan mengalaminya.
Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai
hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan tidur. Faktor ini termasuk insomnia dan
kurang tidur, jadwal tidur yang tidak teratur, tidur dengan posisi
terlentang, stres, terlalu sering menggunakan stimulan, kelelahan fisik,
serta
penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengobati ADHD. Tidur dalam posisi
terlentang dikatakan sebagai faktor utama yang memicu terjadinya
kelumpuhan
tidur. Kelumpuhan tidur bisa juga merupakan pertanda narkolepsi
(serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), apnea tidur
(mendengkur), kecemasan, atau depresi.
Semoga Bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar